Selain Salurkan Logistik, Tim SIGANA PPGT Gelar Trauma Healing

MAMUJU, fajarnasional.com– Tim SIGANA (Siaga Bencana) Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) memberikan trauma healing korban bencana gempa di Desa Ahu, Kecamatan Tapalang Barat, Selasa (2/2). Mereka melakukan tersebut kepada seluruh masyarakat di lokasi terdampak, terlebih pada anak-anak.

Ketua SIGANA PPGT, mengatakan, pihaknya menghibur para korban bencana dengan mengajak bermain game yang mengasah motorik. Hal ini berguna untuk mengalihkan dan menghilangkan rasa takut pada korban gempa.

“Giat ini, sebagai bentuk kepedulian kita untuk membantu pemulihan psikologi korban gempa, terlebih pada anak-anak,” ungkap Lewi, ketua Tim SIGANA PPGT itu.

Baca Juga : PPGT Klasis Palopo Turunkan Tim Trauma Healing Untuk Korban Gempa Di Mamuju
Baca Juga : Peningkatan Aktifitas, Terdengar Hingga 30 Dentuman di Gunung Raung

Tak hanya melakukan trauma healing, pihaknya juga menyalurkan bantuan berupa kebutuhan pokok langsung ke masyarakat. “Saya menghimbau, supaya para relawan tidak fokus pada penyaluran logistik saja. Namun, pemulihan psikologis pasca gempa juga harus menjadi perhatian khusus,” himbaunya.

Meskipun gempa terjadi pada 15 Januari kemarin, namun gempa susulan masih saja terus terjadi. Tak heran, jika masyarakat tetap berada di posko pengungsian dan belum bisa beraktifitas seperti biasanya.

“Bahkan, masih ada masyarakat yang masih mengaku trauma akibat insiden ini. Tak hanya itu, ada juga yang tidak memiliki tempat tinggal, akibat roboh,” tambah Ketua Tim SIGANA PPGT itu.

Kondisi Masyarakat Korban Gempa

Sementara itu, informasi yang diterima fajarnasional.com, terdapat sedikitnya 1o titik pengungsian dengan 1.371 jiwa yang mengungsi. Hal ini dibenarkan oleh dr. Fadly, yang merupakan pimpinan Posko Relawan PSC 119.

Baca Juga : Gunung Semeru Erupsi, Semburkan Abu Vulkanik dan Kerikil
Baca Juga : Bersama GMNI Mamuju, GSNI dan GMNI Palopo Salurkan Bantuan Bagi Korban Gempa

“Sebelum kami mendirikan posko di Desa Ahu, masyarakat masih menggunakan daun kelapa sebagai atap dan alas. Kondisi di Desa Ahu sangat memprihatinkan dan sangat tidak layak,” jelas dr. Fadly.

dr. Fadly, menerangkan, bahwa korban gempa di Desa Ahu membutuhkan bantuan berupa tenda, tikar, selimut, perlengkapan bayi, dan kebutuhan pokok lainnya.

“Ditambah tidak adanya fasilitas umum MCK (Mandi, Cuci, Kakus). Sehingga masyarakat harus berjalan kaki menuju sungai sejauh kurang lebih 800 meter,” terangnya. (Dt/Ndy)

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.