Penyerangan KKB Terhadap Nakes di Papua, DPK GMNI Kesehatan Jember Angkat Bicara!

JEMBER, fajarnasional.com – Dewan Pengurus Komisariat (DPK) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kesehatan Jember mengeluarkan pernyataan sikap terkait tindakan penyerangan KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata). Diketahui, beberapa waktu yang lalu, KKB melakukan penyerangan terhadap tenaga kesehatan yang sedang menjalankan tugasnya di Distrik Kiwirok Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.

Krolongi Peristiwa Tindakan Penyerangan Oleh KKB Terhadap Tenaga Kesehatan

Hal tersebut terjadi pada Senin, 13 September 2021, yang sempat menghebohkan publik beberapa waktu lalu. Menurut kesaksian dari salah satu korban tenaga kesehatan yang selamat dari penyerangan KKB, Marselinus Ola Attanila, dilansir dari akun Youtube Sahlan Kokasinta mengatakan bahwa puluhan anggota KKB sengaja menyasar tenaga kesehatan yang tengah bertugas di puskesmas.

Peristiwa tersebut berawal dari pukul 07.00 WIT. Tenaga kesehatan mendapatkan informasi dari masyarakat bahwa akan terjadi penyerangan dari KKB yang berhadapan dengan TNI dan Polri, sehingga tenaga kesehatan yang bertugas diminta untuk bisa back up bila ada jatuh korban. Pada akhrinya tenaga kesehatan mengambil langkah bijak untuk tetap stand by di barak medis.

Pada pukul 09.05 WIT, KKB mulai menghancurkan puskesmas dengan memukul kaca, jendela dan menyiram bensin di sekeliling puskesmas. Mereka pun membakar puskesmas tersebut. KKB kemudian bergeser ke barak dokter yang letaknya di samping bangunan puskesmas hingga menghancurkan barak dan dibakar.

Di dalam barak dokter itu terdapat lima orang tenaga kesehatan yang dipimpin oleh dr. Restu Pamanggi bersama Paman Lukas Luji, Suster Siti Khotijah, dan Paman Deni.

Pada pukul 09.10 WIT, anggota KKB semakin brutal dan berusaha masuk ke dalam barak dokter untuk menyerang. Alhasil, tenaga kesehatan yang bersembunyi di barak dokter lari keluar berhamburan dan berusaha menyelamatkan diri masing-masing. Dokter Restu yang lari ke Mado justru dihadang anggota KKB dan menyerang serta menganiaya dokter Restu.

Usai menghancurkan barak dokter pertama, anggota KKB bergeser dan mengincar barak kedua. Di dalam barak tersebut terdapat 6 tenaga kesehatan yang bersembunyi.

Mereka memilih tetap di dalam barak itu. Namun, semakin lama asap semakin tebal dan barak sudah terbakar, pada akhirnya 4 tenaga kesehatan yaitu Marselinus Ola Attanila, Kristina Sampe Tonapa, Gabriela Meilani, dan Katriyanti Tandila memutuskan untuk keluar. Namun, diluar anggota KKB sudah menghadang lengkap dengan senjata, busur dan anak panah.

Karena tidak ada jalan keluar lagi, karena di belakang mereka ada jurang yang cukup terjal dengan kedalamannya sekitar 500 meter dengan sudut ketajaman sekitar 90 derajat. Tanpa berfikir panjang, akhirnya mereka melompat ke jurang, lalu tersangkut di pohon dan semak-semak.

Namun, anggota KKB tak melepas mereka begitu saja. Mereka mengejar terus sampai ke jurang dan tiga suster antara lain Kristina Sampe Tonapa, Gabriela Meilani, dan Katriyanti Tandila akhirnya tertangkap.

Sementara Marselinus Ola Attanila tidak berhasil ditemukan mereka, karena bersembunyi di balik tebing dan akar-akar dan berhasil selamat mengamankan diri. Ketiga suster yang tertangkap tersebut di aniaya dan mendapatkan kekerasan dan pelecehan hingga tak berdaya. Setelah tak bergerak dan dikira sudah tewas, ketiga suster itu pun dibuang ke jurang lain yang kedalamannya hampir 400 meter.

Setelah jatuh ke jurang, Suster Katriyanti Tandila dan Kristina Sampe Tonapa berhasil sadarkan diri dan memilih bersembunyi di semak-semak. Sedangkan Gabriela Meilani meski sadar tak memiliki kekuatan untuk bergerak. Anggota KKB tetap menyusul ke bawah dan memastikan apakah ketiganya sudah meninggal.

Suster Gabriela Meilani menyangkut di pohon. Lalu, anggota KKB turun ke bawah dan membunuhnya secara membabi buta.

Suster Marselinus Ola Attanila memutuskan mulai naik ke atas kembali sekitar pukul 17.00 WIT, setelah merasa situasi sudah aman. Ia lari ke arah koramil terdekat untuk mencari perlindungan. Namun di sana tak ada petugas karena mereka semua sudah diarahkan ke Pos Pamtas. Lalu pada akhirnya mengamankan diri ke rumah warga di sekitar koramil.

Marselinus bertemu dua orang mantri yang ikut jadi korban, yakni Parta dan Emanuel Abi, pada Selasa, 14 September. Mereka bertemu setelah Patra dan Abi juga menyusul ke Koramil setelah bersembunyi di jurang pada saat kejadian. Abi mengalami luka di punggungnya akibat panah.

Sedangkan Suster Katriyanti dan Suster Kristina diketahui masih berada di jurang. Suster Katriyanti akhirnya berani keluar pada malam hari dan lari ke arah Polsek Kiriwok. Namun Polsek juga kosong, karena takut dengan situasi, dia bersembunyi di semak-semak. Sampai pukul 7 pagi, ada kegiatan pembersihan oleh Pos Pamtas 403, dan Suster Anti keluar dari semak-semak.

Sementara Kristina, ditemukan tim gabungan TNI-Polri pada Rabu sore, 15 September 2021. Dia masih dalam keadaan selamat meski terluka, lalu dievakuasi ke Jayapura pada Kamis malam, 16 September 2021.Tim juga menemukan jenazah Suster Gabriela. Evakuasi jenazah sempat terkendala cuaca buruk. Jenazah baru berhasil dievakuasi pada Jumat, 17 September 2021.

Pernyataan Sikap DPK GMNI Kesehatan Jember Atas Peristiwa Penyerangan KKB Terhadap Tenaga Kesehatan di Papua

Atas peristiwa tersebut, sebanyak 9 tenaga kesehatan yang bertugas di puskesmas tersebut menjadi korban dan sudah berhasil dievakuasi ke Jayapura. Kesembilan nakes di distrik Kiwirok itu adalah dr. Restu Pamanggi, Marselinus Ola Attanila, Manuel Abi, Martinus Deni Satya, Lukas Luji, Patra, Siti Khodijah, Katrianti Tandila, dan Christina Sampetonapa. Sementara satu nakes yang harus merenggang nyawa akibat tindakan kekerasan tersebut, yaitu suster Grabriela Meilani.

Sebagai organisasi yang terus untuk berkomitmen menghapuskan segala bentuk penindasan manusia atas kemanusiaan di Negeri ini, DPK GMNI Kesehatan Jember memandang kasus tindakan penyerangan, penganiayaan dan pelecehan yang dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) terhadap tenaga kesehatan di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua merupakan bagian dari tindakan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan.

Sudah seharusnya tenaga kesehatan yang bertugas di Papua mendapatkan jaminan atas keselamatan dan keamanan oleh pemerintah. Atas peristiwa tersebut Dewan Pengurus Komisariat (DPK) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kesehatan Jember menyatakan sikap sebagai berikut:

1. Mengecam dan mengutuk keras tindakan penyerangan, penganiayaan dan pelecehan yang dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) terhadap tenaga kesehatan di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.

2. Mendesak aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas secara hukum atas tindakan penyerangan, penganiayaan, pelecehan yang dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) terhadap tenaga kesehatan di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.

3. Mendesak Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi/Kabupaten di wilayah Papua, para tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat untuk bersama-sama meningkatkan jaminan keselamatan dan keamanan para tenaga kesehatan di wilayah Papua tanpa adanya rasa intimidasi dan terhindar dari tindakan kekerasan disaat menjalankan tugasnya.

4. Mendukung sikap organisasi profesi kesehatan (IDI dan PPNI) untuk mendesak pemerintah Provinsi/Kabupaten di wilayah Papua untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan tenaga kesehatan yang bertugas di wilayah konfik Papua. (Alfian/Ndy)

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *